0

Oleh: M. Alvin Fatikh

Kasus konflik Sunni - Syiah di Sampang Madura memang telah membuka mata kita dalam kekerasan yang sudah bertahun-tahun di alami. Kekerasan yang begitu bertubi- tubi di rasakan sangat memaksa  warga syiah sampang untuk berpindah tempat, bahkan pekerjaan dan tanah yang dimiliki hilang begitu saja.

Apakah memang kekerasan menjadi jalan utama menyelesaikan ? Apakah hanya kita saja yang masih belum bisa memaknai sebuah perbedaan di dalam kebersamaan.
syiah memang Islam yang sedikit berbeda dengan kita dalam hal wahyu.

Syiah menjadikan Saidina Ali sebagai sosok yang menerima wahyu dari tuhan. Akan tetapi kita juga menyakini adanya Saidina ali sebagai sosok meski bukan pada penerima wahyu. Dalam dunia islam syariat adalah kulit dan thariqah adalah isi. Inilah yang menjadi pedoman dalam warga Nahdatul Ulama.

Dalam thariqah khususnya thariqah Naqsabandiyah yang sangat ramai di pakai di indonesia ini jalur nya dari Saidina Ali. Di dalam kewajiban thariqah juga menjadi dasar bahwa membuat kebaikan kepada semua orang baik laki-laki - perempuan, kecil besar, dan muda tua. Disinilah esensi dari para totok Nahdlatul Ulama dalam menerapkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita sama-sama mengakui adanya saidina ali dalam kehidupan beragama kita. Maka tidaklah kita saling membenci, mencaci dan melakukan kekerasan kepada saudara seiman. Dalam hidup memang banyak perbedaan akan tetapi persamaan juga butuh kita angkat sebagai payung kerukunan tanpa melakukan kekerasan.

Nahdlatul Ilama yang begitu terkenal dengan kemajemukan dan perdamian jangan di kotori dengan langkah-langkah yang bergeser pada kekerasan dalam hal menyelesaikan masalah. Warga Syiah sampang merupakan manusia yang punya hak untuk hidup dalam pancasila tanpa adanya sebuah kekerasan dan pembakaran terhadap rumah-rumah mereka.

Ini adalah langkah dan bentuk kelompok - kelompok yang tidak suka terhadap kiprah Nahdlatul Ulama dan thariqah dalam memasyarakatkan Islam yang moderat, Islam yang ramah bukan pada Islam yang ramah.

Kita bisa melihat kelompok Wahabi di Timur Tengah yang pernah menembak tokoh sufi thariqah ketika beribadah. Ini membuktikan bahwa kelompok yang anti dengan nahdlatul ulama dthariqah mencoba mendorong kelompok Islam yang ramah di indonesia menjadi kelompok-kelompok marah.

Perlu kita ingat bahwa Islam di indonesia tidak sama dengan Islam yang ada di Timur Tengah. Islam kita lebih santun dan ramah dalam menanggapi sebuah permasalahan tanpa harus kekerasan yang menjadi solusi di dalam sebuah perbedaan.

Gus Dur dan para tokoh-tokoh nahdlatul ulama sudah mengajarkan kita pada arti persaudaraan dan kebersamaan. Bukan pada kekerasan yang menjadi langkah dalam menyikapi perbedaan, tindakan seperti membakar rumah, membacok, mengusir merupakan 1 tindakan diskriminasi. Tindakan-tindakan seperti inilah yang akan membuat kelompok yang menganggap dirinya paling benar. ketika tindakan ini terus di lakukan akan menjadi sebuah kesombongan yang akan menjalar di pikiran kita.

Berislamlah yang ramah bukan marah. Berislamlah yang tajam tanpa menikam.

Post a Comment

 
Top