0

Oleh Setiamin, anggota GUSDURian Blitar, Twitter @setiamin1

Anggota Jaringan Gusdurian Blitar menghadiri Perayaan Hari Berparoki dan Misa Perdana yang diadakan oleh Gereja Katolik Santai Maria Kota Blitar pada Sabtu malam, 9 September 2017 lalu.

Beberapa minggu sebelumnya, pihak gereja memberikan undangan tertulis kepada anggota jaringan Gusdurian Blitar melalui Koordinator Jaringan Gusdurian Blitar, Masrukin, untuk menghadiri acara tersebut. Kemudian, ia mengajak teman-teman untuk hadir dan ikut memberikan apresiasi dalam bentuk tampilan seni.

Beberapa orang anggota Gusdurian Blitar pun memilih tari Tanjung Perak untuk ditampilkan pada agenda malam hari tersebut. Mereka mempersiapkan tampilan dalam waktu kurang lebih tiga hari. Namun, menurut penuturan Uswatun “Untuk latihan tinggal mengulang dan melueskan. Karena sebelumnya sudah pernah latihan dan dibuat tampil pada saat kongres PMII,"

Situasi internal Gusdurian Blitar kebetulan dalam kondisi aman dan baik-baik saja pada saat memutuskan untuk menyumbang seni tari tersebut. Dan semua anggota setuju akan hal itu.

Saat di acara, agenda Perayaan Hari Berparoki dan Misa Perdana dimulai dengan sesi pemotongan tumpeng sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan. Kemudian dilanjutkan dengan tampilan-tampilan seni.

Perwakilan dari anggota Gusdurian Blitar mengisi tampilan yang pertama. Ratusan penonton yang hadir di halaman gereja tampak antusias menyaksikan tampilan tersebut. Kemudian agenda dilanjutkan dengan pembagian hadiah dan tampilan seni lainnya.

Jaringan Gusdurian Blitar sudah cukup lama menjalin kekeluargaan dengan jama’at gereja, khususnya para pemudanya. Di akhir tahun 2016 lalu, seusai perayaan Natal anggota Jaringan Gusdurian Blitar mengadakan kunjungan ke gereja tersebut sebagai ajang untuk menyemai perdamaian. Pihak gereja menyambut baik kedatangan kami dengan penuh apresiasi. Senyum yang ramah tak pernah luput dari hadapan kami.

Sejak saat itu, Jaringan Gusdurian Blitar dikenal baik oleh mereka sebagai komunitas yang memiliki semangat tinggi untuk menghargai perbedaan dan memupuk perdamaian.

Ketika mengikuti agenda Perayaan Hari Berparoki dan Misa Perdana tersebut, beberapa orang yang hadir tampak sedikit kaget melihat sebagian dari kami yang mengenakan kerudung. Kami pun agak sedikit canggung karena ternyata banyak yang hadir dalam agenda tersebut.

Kami sempat khawatir mereka berpandangan yang tidak-tidak tentang kami. Namun, setelah pembawa acara memperkenalkan kami sebagai jaringan Gusdurian, kami pun merasa lega dan bisa mengikuti rangakian Perayaan Hari Berparoki dan Misa Perdana dengan tenang. Mereka yang selalu ramah dan menyambut dengan hangat membuat kami merasa nyaman meskipun berada tempat ibadah agama lain.

Pasca acara, dari kalangan memang ada yang menggunjing kegiatan Gusdurian tersebut. Mulai dari teman kampus ataupun organisasi. Akan tetapi Uswatun menegaskan “Selama tujuan kita baik, semua bisa diberi pemahaman,"

Terlepas dari itu, respon dari Paroki bisa dikatakan luar biasa. Mulai dari saat persiapan acara, saat acara berlangsung, hingga pasca acara semua memberikan apresiasi yang baik. (*)

Post a Comment

 
Top