0

Oleh Leni Setyowati

Apa yang kamu fikirkan ketika mendengar kata "risak" (bullying)?
Kekerasan pada kaum minoritas??
Atau kata yang cukup jelas untuk menggambarkan pelecehan dengan perkataan kepada mereka yang tak sepaham dengan kita?

Tindakan-tindakan risak sering terjadi di tempat-tempat belajar salah satu nya di SMA. Siswa-siswi akan dengan mudah terjebak dalam kasus perisakan. Kita tahu bahwa masa-masa muda merupakan masa bergejolaknya jiwa sehingga kita dengan mudah nya mengekspresikan diri kita.

Kisah perisakan yang aku ceritakan ini pernah dialami temanku yang bergama kristen di SMA tempat ku menimba ilmu. Sebut saja teman ku bernama Pras (samaran). Dia satu-satunya siswa kristen di angkatan sehingga tindakan perisakan kepadanya sudah sangat biasa dia dapatkan sehari-hari.

Tindakan risak yang dia dapatkan tak hanya dari teman-teman nya tapi juga ada dari guru. Guru sering merisaknya dengan perkataan "Hai teman-teman cewe jangan mau jadi pacarnya Pras kalau dia gak mau pindah Islam,"

Pras hanya menimpali perkataan guru tersebut dengan senyuman. Dia salah satu murid yang cukup tegar saat mendapatkan risakan tersebut.

Teman-teman menganggap bahwa perisakan itu tindakan lelucon sehingga mereka tak pernah tahu bagaimana perasaan pras yang setiap hari mendapatkan perlakuan tersebut. Kesalahan yang dilakukan terus menerus lama-lama akan menjadi sebuah kebiasaan sehingga akan menjadi kultur bahwa perisakan itu bukanlah tindakan negatif.

Dalam kasus ini, Pras sebagai seorang Kristen ketika dirisak tak ada yang membela karena dia minoritas. Hal tersebut membuat hatiku tergerak untuk mencoba  menggali permasalahan nya sehingga aku mencoba berdiskusi dengan dia masalah agama. pertanyaan-pertanyaan yang aku tanyakan lebih kepada latar belakang mengapa dia memilih agama Kristen untuk menjadi pilihannya.

Pras mengatakan bahwa dia terlahir dari pencampuran antara suku Tionghoa dan Jawa. Kedua orang tuanya memiliki agama yang berbeda yaitu Kristen dan Islam sehingga memaksa dia untuk menemukan jati diri dalam penentuan agama. Pras waktu kecil beragama Islam dan dia pindah Kristen ketika berumur 7 tahun.

Dia pernah mengalami suatu sakit panas yang parah hingga pada suatu malam dia bermimpi bertemu dengan Tuhan Yesus. Mimpi tersebutlah yang menjadikan dia yakin untuk  bepindah ke agama Kristen.

Hasil diskusi tersebut cukup membuat aku tercengang. Bagaimana tidak seorang anak SMA yang sudah mampu mengambil keputusan terbesar untuk pindah agama. Agama yang dia dapat dari pilihan sendiri bukan dari doktrin kedua orang tua nya. Agama yang sangat dia pertahankan meski dia dirisak teman-temannya.

Aku malu pada dirinya. Aku malu karena aku beragama keturunan yang diwariskan orang tua ku. Tak pantas harusnya kita yang memiliki agama keturunan ini menghina mereka yang memiliki pengalaman spiritual sendiri atas agamanya.

Post a Comment

 
Top