0
Sesaat setelah mendarat di Surabaya saya kembali merasakan memori sejak 6 tahun lalu ketika kota ini menyambut dengan hangatnya, jelas sebuah pengalaman yang baru saya dapat ketika memulai interaksi dengan masyarakat bersuku Jawa yang 'medok' bahkan etnis Tionghoanya pun ikutan 'medok'.
Namun malam ini Surabaya bukanlah utama saya, saya harus cepat berangkat menuju Jombang dengan bus dari terminal Bungurasih selama 2 jam. Sesampainya di Jombang tepatnya di Gudo yang kian larut malam, saya berhenti di depan sebuah Klenteng dengan perasaan terheran-heran seraya berkata didalam fikiran 'apa benar Klenteng ini jadi tempat pelatihan kami untuk 4 hari kedepa? Kok bisa ada Klenteng sebagus ini di Jombang yang notabenenya adalah salah satu basis massa warga Islam NU di Indonesia? Jangan-jangan yang ikut pelatihan ini semuanya adalah non muslim?.
Berbagai pertanyaan terlintas tersebut semakin membuat saya bingung saat dijamu makan di rumah seorang Pendeta yang tak jauh dari Klenteng, kemudian timbul saru pertanyaan lagi di dalam batin saya ketika melihat teman-teman saya yang wanita dan berjilbab ikut serta makan di rumah seorang Pendeta, tentunya itu sebuah pengalaman unik sekaligus membuat saya kagum karena di dalam momen tersebut saya melihat ada selintas tali persaudaraan diantara umat beragama, ada sebuah rasa toleransi yang semakin sulit untuk dijumpai ketika kita mengamati kondisi bangsa Indonesia yang semakin terpecah-pecah karena berbagai kepentingan dibaliknya.
Tibalah matahari pagi menyongsong sehingga menerangi semua bangunan Klenteng yang ada yang semakin membuat saya kagum karena arsitekturnya dan tibalah waktunya kami memulai agenda pembukaan kegiatan dengan memperkenalkan siri terlebih dahulu satu persatu. Dari perkenalan terebut saya melihat berbagai latarbelakang yang berbeda-beda dari semua peserta namun dengan satu keresahan yang sama yang mengantarkan kami sampai ke tempat ini yaitu kondisi Indonesia yang semakin intoleran dalam kehidupan keberagaman yang menjauhkan bangsa Indonesia dari nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Saya berharap kegiatan perdamaian ini dapat menciptakan agen-agen perdamaian untuk menjaga kedaulatan NKRI! Merdeka!
Penulis : Andreas Nababan
(Mahasiswa Pasca Sarjana Prodi Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pertahanan)

Post a Comment

 
Top