0

Awal minggu keempat September lalu, saya mengunjungi situs Bunda Maria di kawasan Pereng Salatiga. Saya tidak sendiri. Ada puluhan anak muda peserta interfaith youth camp yang diselenggarakan GKI Sinwil Jawa Tengah. Kebetulan saya diminta mengisi beberapa sesi di forum tersebut.

Perjalanan ke Pereng mendorong saya merupakan menapaki kembali narasi Islam menyangkut sosok perempuan suci ini. Siapa yang tak kenal Maryam ibunda Isa al-Masih (Yesus)?

Ia adalah sosok agung dalam kekristenan dan menempati level sangat tinggi di lingkungan gereja Katolik Roma. Di lingkungan tersebut, ia tidak hanya dianggap sebagai perantara lahirnya manifestasi Tuhan dalam bentuk manusia (theototokos) namun juga sebagai terminal untuk berkeluh-kesah.

Yang saya tahu, ketika ada jemaat Katolik berada dalam situasi pelik maupun bergumul suka cita, Bunda Maria kerap jadi jujugan. Fungsinya mirip dengan salah satu lagunya Tommy Page, "A Shoulder to Cry On"

"Tahu nggak, kalau ada warga mampir ke Bunda Maria setelah ibadah, sangat mungkin ia sedang ada masalah," kata Dian, salah satu kawan Katolikku sembari tertawa, suatu ketika. Peran sentral Maryam sebagai tempat curhat terasa identik dengan figur Makco Kwan Im dalan tradisi agama Khonghucu.

Bagaimana sosok Maryam dalam perspektif al-Quran? Dia adalah satu-satunya perempuan yang disebut namanya dalam kitab suci tersebut sebanyak 34 kali di 32 ayat. Saking spesialnya, terdapat surah (chapter) khusus dengan namanya dalam al-Quran. Surah nomor 19.

Sosok Maryam selama ini dijadikan rujukan utama idealitas perempuan Islam. Itu sebabnya dalam tradisi Islam-Jawa-Sunni, setiap ada istri yang mengandung maka sang suami sangat disarankan membaca QS. Maryam setiap hari, dari bulan pertama hingga proses kelahiran terjadi. Dengan harapan, jika jabang bayinya perempuan maka sifat-sifat Maryam akan melekat padanya.

Menurut Al-Quran, Maryam diberkati dengan berbagai status yang mulia, antara lain; taat dan patuh dalam menjalankan ibadah kepada Allah (qanitin/obedient) sebagaimana QS.66:13. Pribadinya dikenal berpegang teguh pada kebenaran (siddiqah) seperti disebut dalam QS.5:75. Al-Quran juga menggambarkannya sebagai sosol yang konsisten dalam ritual (sujud, sajidah; maupun rukuk, raki'ah) sebagaimana termaktub dalam QS. 3:43.

Perempuan yang diberkati oleh Alloh sejak dalam kandungan ini juga mendapat pujian dari QS. 3:42 sebagai sosok yang disucikan (tahirah) serta yang-terpilih (mustafi'ah). Allah SWT berfirman:

وَاِذْ قَالَتِ الْمَلٰٓئِكَةُ يٰمَرْيَمُ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰٮكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفٰٮكِ عَلٰى نِسَآءِ الْعٰلَمِيْنَ

"Dan (ingatlah) ketika para malaikat berkata, Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu di atas segala perempuan di seluruh alam (pada masa itu)."

Dalam beberapa tradisi Islam, sebagaimana dicatat Rahib Khattan, 'The Blessed names of Sayyidatina Maryam," perempuan yang konsisten berpuasa (saimah) selama 1,5 tahun ini mempunyai beberapa nama lain, misalnya, Batul, Adhraa (Perawan Asketis), dan Marhumah (Enveloped in God's Mercy).

Dalam al-Qur'an, Maryam hanya disebut sebagai "anak perempuan dari Imran," dan orang-orang memanggil Maryam "saudari dari Harun (Aaron)," Al-Quran tidak memberikan informasi lebih jauh siapa nama ibunya, hanya disebut "istri Imran".

Namun jika mengamini Ibn Jarir al-Tabari (w. 923 M), historikus muslim awal, nama ibunya adalah Hannah. Imran sendiri meninggal terlebih dulu saat Maryam masih dalam kandungan. Sejak awal, Hannah berharap bayinya berjenis kelamin laki-laki dan akan mendedikasikannya untuk Tuhan. Namun kenyataannya ia diberi anugerah anak perempuan.

"(Ingatlah), ketika istri `Imran berkata, Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui." QS. Ali 'Imran 3:35

"Maka ketika melahirkannya, dia berkata, Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan. Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak-cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk." QS. Ali 'Imran 3:36.

Oleh ibunya, saat beranjak dewasa, Maryam dititipkan kepada Zakaria agar dididik menjadi perempuan yang taat kepada Alloh. Selama itu pula, Zakaria kerap menemukan kejadian aneh di mihrab (kamar khusus ibadah) Maryam, misalnya selalu ada makanan tersedia di ruangan itu. "Itu dari Alloh. Sesungguhnya Alloh memberi rizki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan (huwa min 'indi allah. Inna alloha yarzuqu man yasyau bi ghayri khisab)," kata Maryam sebagaimana terekam dalam QS. 3:37.

Dalam kaitannya dengan proses kelahiran Isa (Yesus), al-Quran terlihat cukup detil menggambarkan peran Maryam. Tidak ada sosok lain, bahkan termasuk Muhammad sendiri, yang kisah lahirnya diceritakan sedetil Isa. Allah secara personal mengutus Jibril agar menemui langsung Maryam untuk menyampaikan kabar akan kelahirannya. Jibril digambarkan datang dalam bentuk manusia yang sempurna dengan wajah yang bersinar.

Maryam melahirkan Isa dalam keadaan suci alias tetap dalam status perawan, bahkan hingga akhir hayatnya. Al-quran menjelaskan, ketika tidak sedikit orang meragukan status kelahiran Isa, Maryam memilih bungkam atas hal itu dan secara ajaib jabang bayi Isa justru yang berbicara mengenai siapa dirinya.

Di akhir perkataannya, Isa memanjatkan pengharapan bagi dirinya sendiri, sebagaimana tercatat dalam QS.19:30-33. Pencatatan ini bisa diartikan sebagai restu Alloh atas tahapan hidup Isa karena tidak ditemukan ayat lain yang menganulir doa tersebut.

وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (QS. Maryam 19: Ayat 33).

Kekhususan sosok Maryam dan Isa dalam sejarah kehidupan nabi, yakni ketika penaklukan Kota Makkah pada 11 Januari 630 M, direkam oleh Shams al-Dīn b. Muḥammad al-Dhahabī, Siyār Aʿlām al-Nubalā. Di kitab tersebut digambarkan saat pasukan Nabi mulai membersihkan Ka'bah dari aneka simbol sesembahan, ditemukan gambar Maryam dan Isa. Nabi meletakkan tangannya di gambar tersebut seraya memerintahkan pasukannya agar tidak menghapusnya.

Sungguh pun Maryam memiliki posisi tertinggi di jajaran perempuan Islam namun sosoknya sedikit berbeda dengan persepsi Katolik. Kesucian Maryam dalam Islam tidak ada sangkut pautnya dengan immaculate concept, sebuah narasi tentang kesucian Maryam dari dosa asal (original sin).

Penyebutan nama Maryam dalam al-Quran kebanyakan dikaitkan dengan kata "ibn" artinya anak. Kata "ibn Maryam" (anak laki-laki Maryam) merupakan panggilan yang disematkan untuk Isa. Al-Quran memang sangat nampak berusaha mengkonfirmasi posisi Isa sebagai anak manusia, vis a vis dengan doktrin trinitas.

Bisa dikatakan, Maryam merupakan elemen mahapenting dalam kontestasi diskursus kesucian Isa dalam dua doktrin yang saling melindih; Islam yang sangat bertumpu pada ajaran Arian-Nestoria berhadapan dengan Kekristenan umum yang berpijak pada ajaran Athanasius.

---
"Ayo segera naik bis lagi. Kita akan makan siang di dekat sini," teriak kordinator kunjungan. Segera saya bergegas setelah terlebih dahulu merunduk hormat pada patung Bunda Maria sembari mengirimkan al-Fatihah padanya.(*)


Aan Anshori
Mahasiswa pascasarjana Hukum Keluarga Islam Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng. Penggerak Jaringan GUSDURian, dan kordinator Jaringan Islam Antidiskriminasi/JIAD.
Bisa dikontak melalui IG @gantengpolnotok


* Diterbitkan pertama kali di Majalah Jubileum Keuskupan Surabaya Oktober-November 2018

Post a Comment

 
Top