1

Aku Abidah, umur 18 tahun, asal Bojonegoro, asli beragama Islam dari keluarga dan lingkungan. Nah, di sini aku mau cerita sedikit atau banyak lah.

Langsung aja, ini pengalamanku masuk gereja dan pertama kalinya. Mungkin dari kebanyakan kalian berfikir; aku Islam ngapain cerita gereja, ngapain ke gereja dan apalah itu. Sssttt.. kembali ke cerita.

Berawal dari Seribudua English Course Soko Tuban, tempat aku dan teman-temanku ikut kursus. Aku sudah di sana sekitar 3 minggua. Ada acara yang di sebut GUSDURian. Yang dimotori Pak Aan Anshori. Kita diminta ikut oleh pak Mujib (direktur Seribudua EC) agar menambah pengalaman kita.

Jujur aku sendiri nggak ngerti GUSDURian itu apa. Aku kira sih kaya organisasi semacam IPNU IPPNU gitu lah. Ternyata GUSDURian itu lebih dari yang aku kira. Kita di sana diajarkan untuk menjadi orang yang terbuka. Terbuka dalam semua hal, termasuk bermasyarakat, beragama dll.

Setelah kita dijelaskan berbagai macam hal. Hari pertama sekitar pukul 18.30 kita diajak berkunjung ke salah satu gereja di Rengel yaitu Gereja Pantekosta (GPdI).

Aku mendadak bingung, galau, dilema dan semacamnya itu. "Ikut?gak? ikut? gak?" itulah yang terngiang-ngiang di pikiranku. Ya udah aku memutuskan untuk ikut walau dalam hati nggak mau ikut.

Sejak sebelum berangkat aku baca-baca segala macam do'a. Dan syahadat 3 kali. Hmmm... Sesampainya di sana dag dig dug serrrr dah. Oke lah aku mantepin masuk. "Bismillah dulu biar gak gemeter" gumamku. Gak lupa juga aku bersyahadat.

Disana aku bertemu dengan pendeta gereja tersebut beliau Bapak Yeri beserta jemaatnya. Sejak aku lihat pendetanya sampai acara dimulai, malah adem panas, tanganku dingin, ditambah lagi waktu itu aku lagi flu. Huh gak karuan rasanya. Naah keluar lagi tuh do'a-do'aku. Gak lupa dong syahadatnya.

Alhamdulillah agak berkurang tuh rasa gak karuannya, bla bla bla.. Di depanku, pendetanya bercerita banyak tentang bentuk kemasyarakatan dan toleransi orang Rengel dan juga sejarah gereja tersebut hingga mengenai Yesus. Ya aku masih seperti tadi, dengan badan yang adem panas. Lanjut deh.

Pak Aan Anshori yang bicara di depan, lalu beliau nunjuk dari kita sebagai perwakilan untuk mengungkapkan pendapat kita setelah masuk gereja. Muncul lagi deh gemeteran itu. Haduuuhh.. apalagi aku yang ditunjuk. Jelas aku gak mau, ya dengan badanku seperti ini ya gak mungkin lah (itu alesan simple aku). Kejadian itu pokoknya nggak bisa dibayangin kalau di suruh bayangin lagi hehe.

Lanjut lagi deh...

Yah dari pengalamanku ikut GUSDURian sampai di gereja, tentu banyak banget pengetahuan yang aku dapat. Dari yang aku nggak aku tahu sampai tahu. Dari aku yang anti non-muslim sampai nggak mau tau urusan mereka.

Alhamdulillah sekarang aku tahu bahwasanya setiap umat beragama tidak seharusnya seperti itu. Setelah berapa jam kemudian acara ditutup dengan do'a yang di pimpin oleh pendeta dengan cara kristiani. Astagfirullah hal adzim aku tambah nggak karuan.

Yang ada di pikiranku; kalau aku mengaminkan do'a pendeta tersebut aku mintanya ke Yesus dong, aku musyrik dong bla bla bla. Dengan pemikiranku yang seperti itu aku terus-terusan bersyahadat sampai do'anya selesai. Itu termasuk pemikiran remaja seperti aku.

Tapi di balik adem panasnya aku itu, aku bisa mengambil banyak poin. Salah satunya poin yang dapat aku ambil dari sana, aku lebih bisa menghargai agama selain Islam Insya Allah. Akupun bisa mengerti betapa pentingnya arti bermasyarakat, apalagi dengan non Islam.

Yang dulunya aku beranggapan Islamlah yang paling terbaik, tapi itu salah ternyata semua agama itu sama. Tapi kita tidak bisa menyamakan yang beda dan membedakan yang sama antara umat beragama. Pokoknya aku sangat bersyukur dapat mengikuti acara ini. Kedepannya Insya Allah aku akan menjadi remaja yang lebih terbuka dan mempunyai solidaritas tinggi. Dan memperbanyak khusnudzon.

Mungkin ini dari sebagian cerita aku. Terimakasih.

--
Catatan: Abidah adalah salah satu peserta upgrading 9 nilai utama Gus Dur yang dilaksanakan GUSDURian Tuban-Bojonegoro, 9-10 Mei, di SMP Gus Dur Gununganyar Soko Tuban.

Post a Comment

  1. Dunia ini terbuka dan bisa kita pelajari...padahal kitalah penduduk/penghuninya...bila kita batasi cakrawala berfikir kita jadilah kita terkungkung...bodoh dan terbelakang...

    ReplyDelete

 
Top