0

Jika tidak ada aral melintang, besok pagi, Minggu (4/10) Rumah Doa GSJA Kanaan Loceret Nganjuk akan memulai ibadahnya. Bertepatan dengan ulang tahun pelayanannya yang ke-28. 

Sekitar dua tahun lalu rumah doa ini sempat diprotes warga sekitar karena dianggap menganggu kenyamanan. Sejak saat itu pula, praktis, GSJA tidak dapat beribadah secara normal. 

Dalam perjalanannya, rumah doa ini akhirnya berhasil mengantongi Surat Keterangan Tanda Lapor yang keluarkan oleh Bimas Kristen Provinsi Jawa Timur. Surat ini pula sekaligus sebagai bukti bahwa rumah doa ini tidak liar, meski belum bisa mengantongi seluruh persyaratan yang dikehendaki PBM No. 8 dan 9 terkait pendirian rumah ibadah. 


Dengan mengantongi SKTL tersebut, Pdt. Demsi, gembala rumah doa tersebut yang juga merupakan wakil ketua GUSDURian SCD Nganjuk, berupaya menggunakan haknya sebagai warganegara; dapat beribadah seperti biasa; dapat beribadah sebagaimana warga lainnya. ia memang warganegara yang baik. 

Sejak seminggu sebelumnya, ia sudah mengirimkan surat pemberitahuan ke Muspika Loceret; bahwa dia dan jemaatnya akan beribadah dan syukuran pada 4 Oktober. Ia juga terus mengontakku, memberikan informasi perkembangan yang terjadi. 

Suratnya direspon otoritas kecamatan. Demsi dipanggil menghadap dan diminta menahan diri dulu untuk tidak melakukan ibadah serta selebrasi pada 4 Oktober. Namun rupanya ia telah menetapkan keyakinan untuk terus berjalan. Lelaki ini tentu tahu resiko yang akan dialaminya, termasuk seandainya digagalkan para pihak.

"Jika digagalkan, kirim surat pemberitahuan yang sama untuk acara minggu depannya. Jika digagalkan, lakukan terus dan terus, tanpa henti. Jangan pernah melawan balik namun pantang berhenti berusaha," ujarku. 

Dia nampak senang. Aku sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Namun tadi malam, salah satu pengurus GUSDURian Nganjuk, seorang pendeta, mengontakku. 

Ia cukup kuatir dengan perkembangan yang ada. Secara langsung ia memintaku agar bisa hadir pada ibadah pertama besok. "Mungkin jika ada Gus Aan, ceritanya akan lain," katanya. 

Namun demikian aku punya pandangan lain, lebih memilih agar masalah ini bisa diatasi oleh Pdt. Demsi dkk., termasuk GUSDURian Nganjuk. 


Aku lebih senang membiarkan siapapun berproses menjadi lebih dewasa meski resikonya akan mengalami luka. Luka, menurutku, bisa sembuh. Tanpa luka, kita tidak bisa menghayati penderitaan dan akan gagal merasakan kenikmatan. 

"Yang penting, mas, dokumentasikan terus apa yang terjadi besok pagi. Apapun kejadiannya. Jangan pernah melawan meski rumah doanya dilempari atau dibakar sekalipun. Jika Demsi harus diseret ke kantor polisi atau mengalami kekerasan, jangan melawan. Terus dokumentasikan. Pertolongan Gusti akan menubuh melalui Facebook, Instagram maupun Twitter," ujarku dan ia mengerti.

Aku sebenarnya tidak berharap akan ada resistensi dari aparat atau warga Muslim saat rumah doa ini menggelar acaranya. Namun jika itu terjadi, biarlah terjadi. Semua orang harus bersabar dalam penderitaan perjuangan meminta haknya sebagai warga negara.

My spirit flies with you! 

Post a Comment

 
Top